20241211

Merampas Kenormalan

Misalkan saja kami akhirnya selesai dan menjadi aku. Akankah jalanan tetap kosong seperti malam di desa? Juga angin yang menyergap dan mengamankanmu ke pos ronda terdekat.

Kemudian, dari sela-sela tembok yang kami bangun, bermekarlah keyakinan: bahwa menjadi normal adalah kebosanan. Ah, kami lupa, kami tidak pernah normal. Sayang sekali, kenormalan tidak pernah hadir di meja makan kami.

Selanjutnya? kami bikin makna dari sampah-sampah dan kotoran yang berkumpul di lantai. Mereka sudah lama menuntut kenormalan kami.

Malam ini, dan kami yang merampasmu dari diri kami sendiri.

‹ back