Sore ini kami kembali menyambangi tempat terbaringnya uda lanin, di semak-semak belakang gedung perpustakaan. Menabur abu bakaran buku-buku terbeli dan tak pernah terbaca. Sudah lama sekali kami tidak menemui uda, kami tidak ingat lagi kapan yang terakhir. Sayang sekali, uda, kata-kata kami sudah membeku pada tembok-tembok dingin peradaban. Mereka sudah tidak dapat lagi bercerita. Mereka mati kelaparan sebab melacurkan diri pada kegeraman yang kian padam. Kami tidak bisa lagi membaca, uda. Kami tidak bisa. Ada yang menutup tirai kepala kami dan membuat kata-kata tidak dapat menyelinap masuk dari balik kerak-kerak ketombe.
Sayang sekali, uda.